Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan
Yang dimaksud dengan parameter
pemotongan pada proses pembubutan
adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang
medasari teknologi proses pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya.
Parameter pemotongan pada proses pembubutan
meliputi: kecepatan potong (Cutting speed
- Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion
Permenit - Rpm), kecepatan pemakanan (Feed - F) dan waktu proses
pemesinannya.
Situs: | Diklat Interaksi Online |
Diklat: | Pemesinan - A |
Buku: | Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan |
Oleh: | HARI KRISTIANTO |
Tanggal: | Rabu, 10 Juni 2015, 15:47 |
1 Deskripsi
Yang dimaksud dengan parameter pemotongan
pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar
perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari teknologi proses
pemotongan/penyayatan pada mesin bubut diantaranya. Parameter pemotongan
pada proses pembubutan meliputi; kecepatan potong (Cutting speed - Cs), kecepatan putaran mesin (Revolotion Permenit - Rpm), kecepatan pemakanan (Feed - F) dan waktu proses pemesinannya.
|
||
2 Kecepatan potong (Cutting speed – Cs )
Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs)
adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan
tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/ menit). Ilustrasi kecepatan potong pada proses pembubutan, dapat dilihat pada (Gambar 4.1)
|
||
Gambar 4.1. Ilustrasi kecepatan potong pada proses pembubutan
|
||
Pada gerak putar seperti mesin bubut,
kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d)
dikalikan dengan putaran atau : Cs = π.d.n Meter/menit.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm) n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm) π : nilai konstanta = 3,14 Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses pemesinan, sudah diteliti/diselidiki para ahli dan sudah dipatenkan lihat tabel 4.1 kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan dibubut dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel Cs-nya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut. Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Yang pada umumnya, bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan alat potong yang bahannya karbida, kecepatan potongnya lebih besar jika dibandingkan dengan alat potong HSS (Tabel 4.1). |
||
Tabel 4.1. Kecepatan Potong Bahan
Bahan
|
Pahat BubutHSS
|
Pahat Bubut Karbida
|
||
m/men
|
Ft/min
|
M/men
|
Ft/min
|
|
Baja lunak(Mild Steel)
|
18 - 21
|
60 - 70
|
30 - 250
|
100 - 800
|
Besi Tuang(Cast Iron)
|
14 - 17
|
45 - 55
|
45 - 150
|
150 - 500
|
Perunggu
|
21 - 24
|
70 - 80
|
90 - 200
|
300 - 700
|
Tembaga
|
45 - 90
|
150 - 300
|
150 - 450
|
500 - 1500
|
Kuningan
|
30 - 120
|
100 - 400
|
120 - 300
|
400 - 1000
|
Aluminium
|
90 - 150
|
300 - 500
|
90 - 180
|
a.- 600
|
3 Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Revolution Per Menit - Rpm)
Yang dimaksud kecepatan putaran mesin bubut
adalah, kemampuan kecepatan putar mesin bubut untuk melakukan
pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu
untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa
besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya. Mengingat nilai
kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku,
maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran
mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung
putaran mesin bubut adalah:
Cs = π.d.n Meter/menit
Karena
satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan
diameter benda kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan
terlebih dahulu yaitu dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya
dengan angka 1000 mm. Maka rumus untuk putaran mesin menjadi;
Keterangan :
d : diameter benda kerja (mm) Cs : kecepatan potong (meter/menit) π : nilai konstanta = 3,14 |
||
Contoh 1 : Sebuah baja lunak berdiameter 62 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit. Pertanyaannya adalah: Berapa besar putaran mesinnya ? Jawaban : Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 128,415 putaran per-menit |
||
Contoh 2 : Sebuah baja lunak berdiameter 2,5 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 20 meter/menit. Pertanyaannya adalah; Berapa besar putaran mesinnya ? Jawaban : Satuan inchi bila dijadikan satuan mm harus dikalikan 25,4 mm. Dengan demikian diamter 2 inchi = 2,5 x 25,4 = 63,5 mm.
Maka putaran mesinnya adalah;
Jadi putaran mesinnya adalah sebesar 100,305 putaran per-menit
Hasil perhitungan di atas pada dasarnya sebagai
acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai dengan putaran mesin
yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut. Artinya,
putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya
paling dekat dengan hasil perhitungan di atas. Untuk menentukan
besaran putaran mesin bubut juga dapat menggunakan tabel yang sudah
ditentukan berdasarkan perhitungan empiris.
|
||
4 Kecepatan Pemakanan (Feed - F)
Kecepatan pemakanan atau ingsutan ditentukan
dengan mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya: kekerasan bahan,
kedalaman penyayatan,sudut-sudut sayat alat potong, bahan alat potong,
ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Kesiapan
mesin ini dapat diartikan, seberapa besar kemampuan mesin dalam
mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal. Disamping
beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk
proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena
tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pembubutan lebih
cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan
pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas hasil penyayatan
yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pembubutan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin bubut ditentukan oleh seberapa besar bergesernya pahat bubut (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan (F) adalah ;
F = f x n (mm/menit).
Keterangan: f = besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran) n = putaran mesin (putaran/menit) |
||
Contoh 1: Sebuah benda kerja akan dibubut dengan putaran mesinnya 750 putaran/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran. Pertanyaannya adalah; Berapa besar kecepatan pemakanannya ? Jawaban : F = f x n F = 0,2 x 750 = 150 mm/menit. Pengertiannya adalah; pahat bergeser sejauh 150 mm, selama satu menit. |
||
Contoh 2: Sebuah benda kerja berdiameter 40 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit dan besar pemakanan (f) 0,15 mm/ putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa besar kecepatan pemakanannya ? Jawaban :
F = f x n
F = 0,15 x 199 = 29,85 mm/menit. Pengertiannya adalah, pahat bergeser sejauh 29,85 mm, selama satu menit. |
||
5 Waktu Pemesinan Bubut (tm)
Dalam
membuat suatu produk atau komponen pada mesin bubut, lamanya waktu
proses pemesinannya perlu diketahui/dihitung. Hal ini penting karena
dengan mengetahui kebutuhan waktu yang diperlukan, perencanaan dan
kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Apabila diameter benda kerja,
kecepatan potong dan kecepatan penyayatan/ penggeseran pahatnya
diketahui, waktu pembubutan dapat dihitung.
|
||
1.
|
Waktu Pemesinan Bubut Rata | |
Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu pemesinan bubut adalah, seberapa besar panjang atau
jarak tempuh pembubutan (L) dalam satuan mm dan kecepatan pemakanan
(F) dalam satuan mm/menit. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa,
panjang total pembubutan (L) adalah panjang pembubutan rata ditambah
star awal pahat (ℓa), atau: L total= ℓa+ ℓ (mm). Untuk nilai kecepatan
pemakanan (F), dengan berpedoman pada uraian sebelumnya F= f.n
(mm/putaran).
Gambar 4.2. Panjang pembubutan rata.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah
diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan bubut rata (tm) dapat
dihitung dengan rumus:
L = ℓa+ ℓ (mm)
F = f.n (mm/menit)
Keterangan:
f = pemakanan dalam satau putaran (mm/put) n = putaran benda kerja (Rpm) ℓ = panjang pembubutan rata (mm) la = jarak star pahat (mm) L = panjang total pembubutan rata (mm) F = kecepatan pemakanan mm/menit |
||
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D) = 40 mm akan dibubut rata menjadi (d) = 30 mm sepanjang (ℓ) = 65, dengan jarak star pahat (la) = 4 mm. Data-data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut;
Putaran mesin = 500 putaran/menit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran (f) = 0,05 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/ proses?.
Jawaban soal 1:
L = ℓa+ ℓ = 65+4 = 69 mm F = f.n = 0,05 x 500 = 25 mm/menit
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas adalah selama 2,76 menit.
|
||
Contoh soal 2 :
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D) = 30 mm akan dibubut rata menjadi (d) = 30 mm sepanjang (ℓ) = 70, dengan jarak star pahat (ℓa) = 4 mm. Data-data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 25 meter/menit, dan pemakanan mesin dalam satu putaran (f) = 0,03 mm/putaran. Pertanyaannya adalah;
Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan rata
sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali
pemakanan/proses?
Jawaban soal 2 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan rata sesuai data diatas adalah selama 9,308 menit.
|
||
2.
|
Waktu Pemesinan Bubut Muka (Facing)
|
|
Perhitungan waktu pemesinan
bubut muka pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu pemesinan bubut
rata, perbedaannya hanya terletak pada arah pemakanan yaitu melintang.
Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa, panjang total pembubutan (L)
adalah panjang pembubutan muka ditambah star awal pahat (ℓa), sehingga;
Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan mengacu pada uraian sebelumnya F= f.n (mm/putaran).
Gambar 4.3. Panjang langkah pembubutan muka (facing)
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan
diatas, maka perhitungan waktu pemesinan bubut muka (tm) dapat
dihitung dengan rumus:
Keterangan:
d = diameter benda kerja f = pemakanan dalam satu putaran (mm/putaran) n = putaran benda kerja (Rpm) ℓ = panjang pembubutan muka (mm) la = jarak star pahat (mm) L = panjang total pembubutan muka (mm) F = kecepatan pemakanan setiap (mm/menit) |
||
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D) = 50 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat (ℓa) = 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Putaran mesin = 500 putaran/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,05 mm/putaran. Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawaban soal 1:
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 1,12 menit.
|
||
Contoh soal 2:
Sebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 60 mm akan dibubut muka dengan jarak star pahat (ℓa) = 3 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 35 meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,06 mm/putaran. Pertanyaannya adalah;
Berapa
waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pembubutan muka sesuai
data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses?
Jawaban soal 2:
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembubutan muka sesuai data diatas adalah selama 3,405 menit.
|
||
3.
|
Waktu Pengeboran Pada Mesin Bubut | |
Perhitungan waktu pengeboran
pada mesin bubut, pada prinsipnya sama dengan menghitung waktu
pemesinan bubut rata dan bubut muka. Perbedaannya hanya terletak pada
jarak star ujung mata bornya. Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa,
panjang total pengeboran (L) adalah panjang pengeboran (ℓ) ditambah
star awal mata bor (ℓa = 0,3 d), sehingga: L = ℓ + 0,3d (mm). Untuk
nilai kecepatan pemakanan (F) mengacu pada uraian sebelumnya F = f.n
(mm/putaran)
Gambar 4.4 . Panjang langkah pengeboran
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pengeboran (tm) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
ℓ = panjang pengeboran L = panjang total pengeboran d = diameter mata bor n = putaran mata bor (Rpm) f = pemakanan (mm/putaran) |
||
Contoh soal 1:
Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 28 mm dengan mata bor berdiameter 10 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut; Putaran mesin = 700 putaran/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,04 mm/putaran. Pertanyaannya adalah; Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali pemakanan/proses ?
Jawab soal 1 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,107 menit.
|
||
Contoh soal 2:
Sebuah benda kerja akan dilakukan pengeboran sepanjang 40 mm dengan mata bor berdiameter 10 mm. Data parameter pemesinannya ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs) = 25 meter/menit, dan pemakanan dalam satu putaran (f) = 0,03 mm/putaran. Pertanyaannya adalah ;
Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeboran pada mesin
bubut sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan satu kali
pemakanan/proses ?
Jawab soal 2 :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran sesuai data diatas adalah selama 1,298 menit.
|
Thanks gan, udah Ngepost! Kebetulan lagi ane cari - cari !!!
BalasHapusok gan
Hapusmau nanya dong, perbedaan kecepatan potong sama dengan kecepatan pemakanan itu apa ?
HapusTerima mas atas isi blognya tentang parameter mesin bubut
BalasHapusSaya blm tau..itu revolution atw rotation ya per minute
BalasHapusSangat membantu thanks
BalasHapusGan kalo mencari ketebalan penyayatan untuk mesin broaching rumus gimana ya
BalasHapusGan kalo mencari ketebalan penyayatan untuk mesin broaching rumus gimana ya
BalasHapusterimakasih..
BalasHapusReferensi dr mana pak ya saya butuh masalahnya .. mhon kabari suhu
BalasHapusmohon maaf pak mohon penjelasanya, di dalam contoh soal no 2 di sebutkan bahwa panjang pengeborannya 40mm . tetap di rumus nya di tulis kan L= 28+0,3.10 = 31mm.sebenarnya panjang pengeboran benda kerjanya itu 40mm atau 28mm.terimakasih
BalasHapuspermisi min, saya mau bertanya, kalo parameter kecepatan pemotongan, dimana material yang dipotong adalah karet atau getah. apakah parameter pemotongan nya sama dengan mesin bubut?
BalasHapusJika pemakaman dilakukan 2 kali gimana?
BalasHapusMantap bener cara pemotongan baja dan berikut perhitungannya
BalasHapusGan kecepatan untuk membubut alur biasanya menggunakan kecepatan berapa ya
BalasHapusMantap gan
BalasHapusMohon maaf gan, info yang anda berikan salah. Mana ada 2" 63,5. Terus disitu kau tulis 2"=2.5+25.4=63.5; yang bener kan 50.8
BalasHapusSebuah benda kerja dengan diameter terbesar (D)= 25,4 mm akan dibubut
BalasHapusrata memanjang dengan ukuran panjang 50 mm dan diameter 23 mm ,jarak star pahat (ℓa)= 3 mm. Data parameter pemesinannya
ditetapkan sebagai berikut: Kecepatan potong (Cs)= 35 meter/menit, dan
pemakanan dalam satu putaran (f)= 0,06 mm/putaran.
Pertanyaannya adalah: Berapa waktu yang diperlukan untuk melakukan
proses pembubutan muka sesuai data diatas, apabila pemakanan dilakukan
satu kali pemakanan/proses?. Kalo soal ini caranya bagaimana ya gan
terima kasih kak untuk referensi parameternya kak
BalasHapusIzin bertanya mas
BalasHapusSebuah benda kerja dari bahanMild Steeldengan ukuran135x23x38mm, akan dibordengan menggunakanmata bor diameter 11mm. Apabila kecepatan potong yang digunakan (Cs) =87ft/menit, maka hitunglahputaran mesinboryang dibutuhkan
Terima kasih, lebih mudah di pahami dengan contoh soal
BalasHapus